KITA ADALAH NAHKODA

 



                  


        Hidup layaknya sebuah perahu yang akan berlayar menuju lautan luas. Ada perahu yang besar ada juga perahu yang kecil. Ada yang mempersiapkan perahunya dengan bermacam-macam perlengkapan dan keamanan yang menurutnya aman. Adanya juga perahu yang sekedarnya saja. Tanpa persiapan ataupun dengan persiapan, perahu akan mulai berlayar kelautan lepas dan luas. Lautan yang penuh gelombang dan badai, kadang juga angin yang kencang dan terkadang juga angin ketenangan yang datang membawa perahu itu berlayar sampai tujuan.

    Perihal apapun perahu yang megah ataupun sederhana, nahkodahlah yang mengarahkan dan mengendalikan perahu itu kemana arahnya ataupun seberapa kuatnya bertahan ditengah lautan badai dan gelombanag yang menerpa. Mungkin kita masih ingat, saat orang-orang terdahulu memberikan sebuah nasihat-nasihat kecil. Kadang kita juga hanya mendengarnya lalu melupakannya begitu saja. Padahal nasihat orang-orang terdahulu adalah nasihat dari seorang nahkoda hebat yang telah melewati berbagai macam terpaan dan ujian di dalam hidup ini. Meskipun mereka berlayar hanya dengan perahu kecilnya. Hingga pada masa rentanya mereka menceritakan segala apa yang telah terjadi dalam biduk perahu kecilnya. Menceritakan segala proses bagaimana cara bertahan, bagaimana cara menghadapi rintangan dan bagaimana mencari jalan keluar hingga sampai tujuan dengan aman dan selamat. Kisah-kisah perjalanan seorang nahkodah yang telah mereka lalui, pahit manisnya dinikmati dan disyukuri. Tangis,sedih, tawa, senyum, bahagia sudah menjadi hal yang lumrah dan tentunya menjadikan hal itu sebagai bumbu-bumbu kehidupan untuk disyukuri bukan untuk disesali.

    Jika perbincangannya tentang perahu, maka kita tidak akan terlepas dengan lautan. Lautan itu kehidupan. Kehidupan yang begitu luas di pelataran sementara ini (dunia) dan pelabuhan akhir yang abadi (akhirat) yang dinanti. Sedangkan perahunya adalah kendaraan. Besar ataupun kecilnya kendaraan, setidaknya kita sebagai nahkodah harus mempersiapkan kendaraan yang bisa membawa kita sampai pada tujuan dengan selamat dan bahagia. Ingatlah semua ini adalah skenario cerita yang kita sedang berada di dalam takdir-NYA. Sementara sutradara hebatnya adalah PENCIPTA yang menciptakan segala kehidupan. Maka jadilah nahkodah yang mengerti keinginan PENCIPTAnya. Tidak mengandalkan kecerdasan, kehebatan ataupun semisalnya. Karena kita hanyalah nahkodah yang lemah. Tidak ada nahkodah yang menginginkan kapal/perahu kecilnya tenggelam begitupun juga dengan PENCIPTA kita. 

Wallahu'alam…

Semoga bermanfaat…

Penulis

#TulisanKangMus

17 Oktober 2024

Komentar

Postingan Populer